Cerita Bersambung - Ajari Aku Mencintai Nya Bagian Akhir

Share :
Cerita Bersambung - Cerbung  - Ajari Aku Mencintai Nya Bagian Akhir mungkin Masih gantung pada Cerbung Jadi kali ini Blog Remaja akan memberikan sambungan dari kisah yang masih gantung di bagian 3 penasaran bukan walau ini bagian akhir nanti masih ada kok Bagian Tambahannya heheh mari baca aja dech



Tidak terasa satu tahun sudah aku mengenakan jilbab ini. Kain putih yang kugunakan untuk menutup auratku. Benar-benar perubahan yang mencolok dari seorang Honey. Seorang yang dulunya terkenal dengan image cantik, banyak pacar, banyak mantan, dan entahlah apalagi. Kalau boleh jujur aku senang dengan perubahanku ini.


Aku senang bukan berarti semua ini terjadi begitu saja tanpa perjuangan yang keras. Awalnya, mantan-mantanku mengatakan bahwa aku salah pilih jalan, cewek-cewek centil yang dulu selalu bergaul dengan ku juga bilang aku kesambet setan entah darimana. Dan paling parahnya lagi, orang tuaku sendiri bahkan bilang aku sepertinya terkena amnesia, entah terbentur dimana.


Lantas apa yang kulakukan? Bukan Honey namanya kalau tidak melakukan perlawanan dan mematikan orang-orang yang berkata begitu. Tapi, itu dulu. Sekarang, seperti yang diajarkan Furqan, semuanya akan indah jika dilandaskan dengan ketulusan dan keikhlasan serta ditopang dengan kesabaran.


Aku mengerti apa yang Furqan katakan dan melakukan semuanya. Intinya, berkat Furqan aku bias melalui semua itu dengan baik. Dan sekarang, aku bukan lagi Honey yang cantik, banyak pacar, banyak mantan tapi menjadi seorang Uswahtun Hasanah yang muslimah. Merupakan pasangan yang cocok untuk Furqan.


Sekarang, beralih ke tema lain. Aku adalah pasangan yang cocok untuk Furqan. Siapa yang bilang itu? Entahlah tidak ada yang tahu. Tidak jelas siapa yang bilang pertama, atau sejak kapan gossip itu beredar. Yang pasti, itu membuatku sadar akan suatu hal. Apa itu?


Perasaan ku pada Furqan. Sebenarnya, apa perasaanku pada Furqan? Hanya seorang teman, sahabat, sahabat dekat, atau lebih? Aku masih bingung. Aku merasa perasaanku pada Furqan lebih dari sepasang sahabat dekat, ya, aku pikir begitu. Sayangnya, aku tidak pernah memikirkan perasaanku pada Furqan seperti itu. Kurasa, aku menyebut perasaan ini sebagai sesuatu yang berada antara kagum, sahabat, dan cinta.


Itulah perasaanku pada Furqan. Masih mengambang. Tidak jelas. Lantas apa perasaan Furqan padaku? Bagaimana perasaan seorang Furqan pada ku? Aku masih sibuk menerka-nerka seperti apa perasaan Furqan padaku, sampai siang ini.


Bel pulang berbunyi, aku sibuk memasukkan semua buku-bukuku dalam tas dan hendak pulang. Siapa sangka Furqan sudah berada di depan pintu kelasku. Apa yang dia lakukan? Tentu saja menungguku.
“Assalaamualaikum“ sapaku pada Furqan dengan senyuman seperti biasa


Furqan tidak menjawab salamku dan sibuk dengan tatapannya yang menatap… ke arahku! Mendapati aku sedang ditatap oleh Furqan aku menunduk, berusaha menyembunyikan wajah ku yang memerah lantaran malu. Furqan menggeleng sebentar dan akhirnya dia menjawab salamku “Waalaikum salam“
“Ada apa? “


“Tidak ada apa-apa, aku hanya mengingatkanmu, bada ashar nanti, ada pengajian di rumahku. Ibuku menyuruhmu untuk dating ke pengajian itu. “ Jelas Furqan siap “Kau tidak ada acara bukan?“
Aku menggeleng pelan seraya berkata tentu saja tidak


Akhirnya kami berdua berjalan beriringan. Furqan, sepeda tuanya, dan aku. Kami membicarakan banyak hal. Ya, setidaknya, lebih banyak dari yang dulu. Bahkan, kudapati Furqan tertawa , mendengar ceritaku tentang pendapat orang tuaku mengenai jilbab ku ini. Pemandangan yang langka melihatnya tertawa. Tanpa sadar aku menatap Furqan.
“Uswah“ panggil Furqan padaku. Nada bicaranya agak aneh.
Aku menggeleng sebentar dan menjawab “Ya?“


Furqan menunduk sebentar dan memberhentikan langkahnya. “Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya.“ Aku belum pernah menyatakan perasaanku pada perempuan mana pun. Kuperhatikan keringat dingin mengalir dari leher dan dahi Furqan. Setegang itukah dia?
“Lalu?“
“Maaf saja, jika aku menyatakan perasaanku padamu tidak seperti mantan-mantan mu yang lalu.“
Otakku berjalan lebih lambat dari biasanya. Aku belum bias mencerna apa yang dikatakan Furqan. Aku harap kau bersedia menerima perasaanku padamu. Hening. Aku bahkan bias mendengar dentingan detik jam tangan Furqan saking heningnya. Padahal, ini jam sekolah. Motor, mobil saling membunyikan klakson bersahut-sahutan.


“Tidak bisa.“ Kata-kata itu langsung keluar dari mulutku begitu saja. Refleks. Aku tidak bisa menerima perasaanmu itu Furqan. Mendengar itu Furqan terkejut begitu pula aku.
“Maksudmu?“


“Aku tidak bisa menerima perasaanmu itu. Aku belum siap. Aku masih perlu banyak belajar dengan kemuslimahanku ini. Sekarang ini, aku ingin focus Furqan. Aku ingin focus pada cita-citaku dan cinta-Nya.“ Jantungku berdegup kencang mengatakan itu. Alhamdulillah, ini cobaan lainnya.


Furqan tersenyum masam. “Kau benar-benar berubah, Uswahtun Hasanah.“
“Ya, itulah aku berkat kau.“ Jawabku dengan senyuman juga.
“Lalu? Bagaimana perasaanmu padaku?“ Tanya Furqan lagi.


Aku menghentikan langkahku, begitu juga dengan Furqan. Aku bingung harus berkata apa, Bismillahhirrahmanirrahim “aku juga punya perasaan yang sama padamu“ dan aku berlari kecil meninggalkan Furqan yang masih mematung dengan jawaban ku tadi.
Penulis Fb: Musyarrafah Jamil
Twitter: @jamilulfa
Email: mj.aoyama@yahoo.com

Cerita Bersambung - Ajari Aku Mencintai Nya Bagian Akhir itulah cerbung yang dapat saya berikan moga aja kalain suka nanti akan di apdet bagian tambahannya hehe. untuk teman teman yang hobi nulis cerpen dan puisi silakn kirim kan karya kalian di admin aneka remaja buruuuannnn !!!!!

Daftar Isi [Tutup]

    Reaksi:
    Newer
    Older

    0 Comments