Cerbung - Ajari Aku Mencintai Nya Bagian 3
Cerbung - Ajari Aku Mencintai Nya Bagian 3 masih apdet lagi Blog Remaja Indonesia ini tentang Cerita Bersambung - Cerbung mungkin kalian udah baca cerita yang bagian 1 dan bagian 2 bagaimana menurut kalian seru bukan? tentunya pasti penasaran dengan kisah cinta Cerbung - Ajari Aku Mencintai Nya Bagian 3 langsung dibaca aja dech dari pada penasaran ya gak hehe cekiproooottt !!!
“assalamualaikum” aku menyapa dan tersenyum pada Furqan dengan hati riang, seolah percakapan kami kemarin tidak pernah terjadi. Saat ini hanya ada satu alasan dalam hatiku, kumohon buat Furqan melupakan percakapan kami kemarin. Ya, percakapan kami.
“Waalaikumsalam”Furqan menjawab salamku dengan senyuman seperti biasa. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Aku senang dan sekaligus merasa aneh. Ya, aneh. Bagaimana mungkin Furqan bisa melupakan percakapan kami yang kemarin? Atau mungkin Furqan hanya ingin aku tahu bahwa dirinya adalah Furqan yang kukenal dulu. Aku bingung.
Dan kebingunganku itu kubawa sampai ke dalam kelas. Saat belajar pun aku hanya memikirkan kebingunganku dan berusaha mengingat sosok Furqan dulu. Bahkan saat guru ter-killer mengajar pun aku nekat tidak memerhatikan pelajaran.
Furqan telah mengalami perubahan yang sangat besar dari Furqan yang kukenal dulu, 3 tahun lalu. Furqan saat itu adalah sosok preman sekolah yang terkenal dengan kenakalannya. Dengan geng bergaulnya dia sering membuat acara balapan liar di tengah malam buta. Bahkan yang kudengar dulu, dia pernah terlibat kasus nakoba dan harus berurusan dengan polisi.
Tapi, 3 tahun lalu aku pindah ke Kota Bandung ini, meninggalkan Furqan dengan sederetan kenakalannya. Dan siapa sangka, Furqan yang dulu sinonim dengan kata preman, sekarang berubah menjadi seorang remaja 17 tahun yang sangat lekat dengan kata religius.
Tiba-tiba muncul pemikiran dalam otakku, kalau Furqan saja yang seperti itu bisa berubah dan menjadi seperti sekarang, mengapa aku tidak? Aku tidak pernah terlibat masalah serius, aku tidak punya geng khusus, dan yang paling penting aku tidak pernah berurusan dengan polisi lantaran hal negatif.
Ya, aku bisa berubah. Aku harus berubah. Begitu bel pulang berbunyi, aku langsung berlari dengan cepat ke arah kelas Furqan. Begitu kudapati Furqan sedang berjalan menuju mushollah, aku langsung menghampirinya dan menarik tangannya cepat. Aku tidak sadar. SUMPAH! Aku tidak sadar.
Furqan dengan cepat langsung menarik tangannya. Tanganku sakit karena itu. Kulihat wajah Furqan dan sepertinya aku sudah melakukan hal yang sangat fatal bagi Furqan.
“Kita bukan muhrim. Haram hukumnya bagi laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim bersentuhan bahkan berpegangan tangan.”Astaga, aku sudah salah.
“Maaf..” Aku menunduk
“Sudah jangan kau pikirkan. Kalau kau seperti tadi, berarti ada hal yang penting.”
“Ya, aku pikir aku akan memakai jilbab”
Furqan heran sesaat. “Memakai jilbab tidak semudah yang kau pikirkan. Jilbab bukan sekedar kain yang menutupi rambut. Tapi, jilbab adalah penutup aurat perempuan. Jilbab bukanlah sesuatu yang mudah. Dengan memakai jilbab, berarti…”
“Aku mengerti. Mulai sekarang aku akan memakai jilbab. Aku tidak akan pernah memerlihatkan auratku pada siapa pun kecuali muhrim ku. aku ingin sepertimu. merasakan ketenangan dan kedamaian yang sebenarnya.”
“Itu maumu, dan aku tidak dapat menghalanginya.”
Pulang sekolah, aku langsung menelepon Ryan dan meminta putus dengannya. Awalnya ia tidak mau. Aku berdalih aku sedang ingin sendiri, dan siapa sangka ia percaya, dan kami pun putus. Selanjutnya, aku bersama ibu Furqan pergi mencari jilbab yang cocok denganku dan memenuhi aturan berjilbab.
“Bismillah hirrah manirrahim.”Aku memakai jilbab. Inilah yang kutunggu-tunggu sejak dulu. Dan Alhamdulillah ya Robb, kau telah memberikanku kesempatan untuk memakai jilbab.
Aku datang ke sekolah dengan jilbab yang menutupi bahu hingga pinggangku. Semua orang menatapku heran. Mungkin mereka bertanya mengapa aku bisa memakai jilbab seperti ini. Aku melewati koridor seperti biasa menuju kelasku. Aku mengucapkan salam dan berjalan menuju tempat dudukku.
“Heh! Ngapain lo mau duduk di tempat duduk teman gua?” Gina datang dan mendorong bahuku. Aku tersenyum. Astaga! Apakah aku benar-benar berubah bahkan teman sekelas ku pun tak ada yang mengenaliku. Aku memegang pundak Gina.
Dia heran dan aku berkata“ini aku Honey, teman sebangku mu”
Gina dan yang lainnya melongo. Mereka heran. Ya, sudah seharusnya. Aku sudah siap menerima semua perkataan mereka. Furqan dan ibunya sudah memberitahuku itu semua. Aku siap, Insya Allah.
**Bersambung**
Penulis Fb: Musyarrafah Jamil
Twitter: @jamilulfa
Email: mj.aoyama@yahoo.com
Masih penasran Cerbung - Ajari Aku Mencintai Nya Bagian lainnya ntar akan di apdet buat teman teman yang suka buat cerpen mau narsis di tulisan cerpen maupun puisi langsung aja dikirim ke email admin aneka remaja
Daftar Isi [Tutup]
0 Comments
Post a Comment