Cerpen Cinta Remaja Sedih : Saat cinta berkata Bagian Akhir
Cerpen Cinta Remaja Sedih : Saat cinta berkata Bagian Akhir kali ini sudah berakhir ini ceritanya, kalo penasaran langsung saja, jangan ragu lagi, langsung baca ya. Cerpen Ini mantep dech..
Jo dan teman-temannya dihukum. Mereka terlalu membuat onar di parkiran. Lagipula hanya geng mereka yang melakukan corat coret di baju dan diparkiran dekat mobil ayah elda. Sebenarnya guru tak dapat berbuat apa-apa. Tapi geng kecil itu lupa bahwa orang tua mereka juga ada disekolah ini. Ayah Jo yang seorang tentara dan badannya jauh lebih besar menampar Jo yang sudah seperti kerasukan. Sebagian dari mereka di jewer ibunya dan ditarik pulang kerumah.
Adik kelas mereka cekikikan melihat akhir yang tragis dari geng SMA yang dulunya garang itu. Tapi tak ada sedikitpun cemberut di wajah para anggota geng XII IPS itu. Mereka tersenyum bangga karena telah melakukan yang terbaik hingga akhir demi persahabatan. Hanya Jo yang bersedih. Dia merasa gagal, karena ini adalah strategi konyol miliknya. Dia hanya bisa menahan ayah Elda agar lupa dengan Elda selama 10 menit.
***
Siang itu perlahan menjadi dingin. Langit yang dari tadi redup ternyata memang ingin menumpahkan airnya. Tapi keadaan di tepi sekolah itu masih panas. Pak Dirta, ayah Elda benar-benar sedang marah besar. Baginya hari ini Elda telah dua kali mencoreng wajahnya, memalukan sekali.
“kau pasti anak yang bernama Aryan Hisbullah” pak Dirta menatap Aryan penuh emosi. Tapi hati kecilnya luluh melihat keadaan Aryan. Niat memukul aryan di pendamnya dalam.
“ya, pak. Maafkan aku tidak memperkenalkan diri sebelumnya” Aryan mencoba santai.
“Aryan, aku harap hari ini adalah hari terakhir kau bertemu dengan Elda... Walaupun Elda besok akan segera aku titipkan pada bibinya di Jakarta, tapi bapak mau kau nggak menghubunginya lagi. Ayo pulang Elda.” Kata pak Dirta dengan tatapan tajam kearah Aryan.
Elda baru tahu dia akan berangkat besok. Kesedihan baru merayap ditubuhnya. Tak sanggup dia bergerak selangkahpun dari sisi Aryan. Tapi pak Dirta mendekat dan menyeretnya menjauhi Aryan.
Aryan yang sejak awal mempersiapkan diri untuk berpisah, kini menjadi tak sanggup. Kesedihan di hati Aryan semakin meluap saat elda semakin jauh ditarik pak Dirta. Aryan memang tak bisa memutar kursi roda karena tangan-nya hanya satu. Karena itu dia terjatuh lagi seperti dihadapan temannya. Hanya kali ini dia berusaha sekuat mungkin merangkak mengejar Elda yang tak mau menoleh lagi.
“ELDAAAA, dengar suaraku... kita bakal bertemu lagi nanti. Karena itu kau jangan bersedih...” Aryan berteriak karena elda semakin menjauh. Elda dan ayahnya menoleh, tangis Elda semakin menjadi melihat Aryan yang terbaring Diatas tanah. Pak Dirta semakin mempercepat langkahnya. Fikri yang tadi terjatuh didorong pak dirta kini berlari membantu aryan berdiri.
“makasih, Fik...” Aryan masih tersedu. Fikri menepuk pundak Aryan.
“aku mendengarnya yan. Mungkin dari sini suara Elda tak terdengar. Tapi tadi aku mendengarnya. Kita pasti bertemu, aku akan selalu untukmu itulah yang kudengar dari Elda. Kau juga jangan bersedih teman. Ini bukan akhir. . .percaya deh..” Fikri menghibur Aryan. Aryan pun menghapus air matanya.
Kini giliran langit yang menumpahkan airnya. membasahi bumi yang penuh cerita. Lalu cerita itu akan tumbuh besar, meski membutuhkan waktu untuk menunggu cerita itu dewasa. Lalu cerita yang rimbun itu melahirkan cerita baru di pucuk-pucuknya. Bertahun-tahun lamanya untuk cerita itu mencerna air hujan dari langit ini.
TUJUH TAHUN KEMUDIAN.
Jakarta menjelang malam. Di dalam sebuah kendaraan besar seperti bis. Enam orang pemuda duduk berpisah-pisah. Lalu salah satunya berdiri mendekati pemuda yang termenung memandangi awan sore. Pemuda yang berdiri itu menepuk pundak sahabatnya yang termenung itu.
“gimana? Masih mau keliling sekali lagi?” Fikri membuyarkan lamunan Aryan.
“udah Fik, kita ke bandara aja. Kasian dengan Jo dan kawan yang lain, mereka lelah.” Aryan menjawab dengan tersenyum.
“tapi di Surabaya kita Cuma ke ngisi acara di radio. Mereka itu emang tukang tidur. hehehe” kata Fikri sambil terkekeh.
“hehehe, tapi Fik entah kenapa, hari ini aku pengen pulang aja.” Kata Aryan.
“ya udah, terserah deh. Toh bulan depan Kita ada konser disini. Emang sih, satu-satunya yang kita punya adalah sekarang dia menjadi dokter. Tapi aku yakin banget, jakarta ini nggak seluas kata orang kok. hehehe. ” Fikri tersenyum memberi semangat untuk Aryan. Lalu Fikri kembali ke tempat duduknya. Aryan melanjutkan lamunannya. Dan kendaraan mereka melaju menuju bandara.
***
Rombongan aryan masih sempat mengejar jadwal pesawat terakhir. Tapi mereka harus menunggu dua jam lagi karena hari baru jam 6 sore. Mereka meletakkan barang-barangnya diruang tunggu. Sementara sahabat aryan berpisah-pisah karena sebagian ingin melaksanakan ibadah maghrib. Aryan tak lansung menuju mushola. Dia penasaran dengan seseorang yang baru saja masuk keruang tunggu sama dengannya.
Dengan langkah yang terseret, karena menggunakan tongkat, Aryan mendekatinya. Wanita itu mengenakan jaket putih, baju kemeja biru, dan dia mengenakan rok panjang. Rambut wanita itu di ikat dan wajahnya membuat dada aryan bergetar seperti dulu. Langkah aryan semakin di percepatnya. Tapi terhenti kembali.
Seorang bayi ada dipelukannya. Aryan mengatur nafasnya, mengatur emosinya, menghilangkan rasa sedih yang mulai memakan hatinya. Aryan tetap berjalan mendekat, hanya saja dengan perlahan. Elda yang tadi memperhatikan bayi itu kini menatap lelaki yang berjalan perlahan mendekatinya. Wajah lelaki itupun sangat dikenal elda. Elda segera berdiri.
“Ar..yan..” Elda tak percaya.
“hai, El...” Aryan membalasnya dengan senyum.
“kau..” Elda takjub melihat aryan yang sudah bisa berjalan.
“hehehe. Aku berjalan berkat terapi berat lho.” Aryan bingung ingin berkata apa. Hati Aryan kalut karena bahagia dan gundah bercampur aduk. Sementara mata elda mulai berkaca-kaca. Mereka diam sesaat sampai keheningan mereka buyar karena suara seorang lelaki.
“El. teman mu?...” kata lelaki yang terlihat lebih tua dari Aryan itu.
“iya mas, ini Aryan.” Kata Elda bergetar.
“Aryan yang kau ceritakan itu???, wah ini kejutan, kami baru saja mau ke kota tempatmu tinggal” Lelaki itu tersenyum sambil meraih tangan kiri Aryan. Aryan membalas dengan senyum seadanya.
“ups lupa, kenalkan, namaku Desta, aku sepupu Elda. trus emm, nah wanita itu yang sedang berjalan kemari adalah istriku, Lili.” Lanjut Desta.
Sesaat Aryan binggung. Ternyata Ini bukan suaminya? Begitu pikir Aryan.
Bayi yang ada dipelukan Elda menangis. Lalu Lili mempercepat langkahnya dan mengambil bayi yang menangis itu. Bayi itu adalah keponakan Elda. Aryan menghembuskan nafas panjang tanda dia lega. Yang ada dihatinya kini hanyalah bahagia. Elda tampaknya mengerti arti keluhan itu tapi dia sengaja bertanya. Dan Aryan dengan polos mengakui asumsinya yang keliru itu dan mereka tertawa bersama.
Aryan kemudian mendekati Elda. Dan masih seperti dulu mereka tidak perlu mengucapkan apapun jika berdekatan. Denyut nadi terasa berdetak bersahutan. Bahagia yang meluap membuat senyum yang terulas menjadi indah tak terperi. Lalu senyum itu akan kembali menjadi rangkuman cerita panjang. Cerita yang mengatakan bahwa mereka akan bahagia hingga senja usia dunia.
Sumber : Kumpulan Cerpen dan Puisi
makasih buat semua :') dah mau baca sampai akhir...
-olx-
Jo dan teman-temannya dihukum. Mereka terlalu membuat onar di parkiran. Lagipula hanya geng mereka yang melakukan corat coret di baju dan diparkiran dekat mobil ayah elda. Sebenarnya guru tak dapat berbuat apa-apa. Tapi geng kecil itu lupa bahwa orang tua mereka juga ada disekolah ini. Ayah Jo yang seorang tentara dan badannya jauh lebih besar menampar Jo yang sudah seperti kerasukan. Sebagian dari mereka di jewer ibunya dan ditarik pulang kerumah.
Adik kelas mereka cekikikan melihat akhir yang tragis dari geng SMA yang dulunya garang itu. Tapi tak ada sedikitpun cemberut di wajah para anggota geng XII IPS itu. Mereka tersenyum bangga karena telah melakukan yang terbaik hingga akhir demi persahabatan. Hanya Jo yang bersedih. Dia merasa gagal, karena ini adalah strategi konyol miliknya. Dia hanya bisa menahan ayah Elda agar lupa dengan Elda selama 10 menit.
***
Siang itu perlahan menjadi dingin. Langit yang dari tadi redup ternyata memang ingin menumpahkan airnya. Tapi keadaan di tepi sekolah itu masih panas. Pak Dirta, ayah Elda benar-benar sedang marah besar. Baginya hari ini Elda telah dua kali mencoreng wajahnya, memalukan sekali.
“kau pasti anak yang bernama Aryan Hisbullah” pak Dirta menatap Aryan penuh emosi. Tapi hati kecilnya luluh melihat keadaan Aryan. Niat memukul aryan di pendamnya dalam.
“ya, pak. Maafkan aku tidak memperkenalkan diri sebelumnya” Aryan mencoba santai.
“Aryan, aku harap hari ini adalah hari terakhir kau bertemu dengan Elda... Walaupun Elda besok akan segera aku titipkan pada bibinya di Jakarta, tapi bapak mau kau nggak menghubunginya lagi. Ayo pulang Elda.” Kata pak Dirta dengan tatapan tajam kearah Aryan.
Elda baru tahu dia akan berangkat besok. Kesedihan baru merayap ditubuhnya. Tak sanggup dia bergerak selangkahpun dari sisi Aryan. Tapi pak Dirta mendekat dan menyeretnya menjauhi Aryan.
Aryan yang sejak awal mempersiapkan diri untuk berpisah, kini menjadi tak sanggup. Kesedihan di hati Aryan semakin meluap saat elda semakin jauh ditarik pak Dirta. Aryan memang tak bisa memutar kursi roda karena tangan-nya hanya satu. Karena itu dia terjatuh lagi seperti dihadapan temannya. Hanya kali ini dia berusaha sekuat mungkin merangkak mengejar Elda yang tak mau menoleh lagi.
“ELDAAAA, dengar suaraku... kita bakal bertemu lagi nanti. Karena itu kau jangan bersedih...” Aryan berteriak karena elda semakin menjauh. Elda dan ayahnya menoleh, tangis Elda semakin menjadi melihat Aryan yang terbaring Diatas tanah. Pak Dirta semakin mempercepat langkahnya. Fikri yang tadi terjatuh didorong pak dirta kini berlari membantu aryan berdiri.
“makasih, Fik...” Aryan masih tersedu. Fikri menepuk pundak Aryan.
“aku mendengarnya yan. Mungkin dari sini suara Elda tak terdengar. Tapi tadi aku mendengarnya. Kita pasti bertemu, aku akan selalu untukmu itulah yang kudengar dari Elda. Kau juga jangan bersedih teman. Ini bukan akhir. . .percaya deh..” Fikri menghibur Aryan. Aryan pun menghapus air matanya.
Saat cinta Berkata |
Kini giliran langit yang menumpahkan airnya. membasahi bumi yang penuh cerita. Lalu cerita itu akan tumbuh besar, meski membutuhkan waktu untuk menunggu cerita itu dewasa. Lalu cerita yang rimbun itu melahirkan cerita baru di pucuk-pucuknya. Bertahun-tahun lamanya untuk cerita itu mencerna air hujan dari langit ini.
***
TUJUH TAHUN KEMUDIAN.
Jakarta menjelang malam. Di dalam sebuah kendaraan besar seperti bis. Enam orang pemuda duduk berpisah-pisah. Lalu salah satunya berdiri mendekati pemuda yang termenung memandangi awan sore. Pemuda yang berdiri itu menepuk pundak sahabatnya yang termenung itu.
“gimana? Masih mau keliling sekali lagi?” Fikri membuyarkan lamunan Aryan.
“udah Fik, kita ke bandara aja. Kasian dengan Jo dan kawan yang lain, mereka lelah.” Aryan menjawab dengan tersenyum.
“tapi di Surabaya kita Cuma ke ngisi acara di radio. Mereka itu emang tukang tidur. hehehe” kata Fikri sambil terkekeh.
“hehehe, tapi Fik entah kenapa, hari ini aku pengen pulang aja.” Kata Aryan.
“ya udah, terserah deh. Toh bulan depan Kita ada konser disini. Emang sih, satu-satunya yang kita punya adalah sekarang dia menjadi dokter. Tapi aku yakin banget, jakarta ini nggak seluas kata orang kok. hehehe. ” Fikri tersenyum memberi semangat untuk Aryan. Lalu Fikri kembali ke tempat duduknya. Aryan melanjutkan lamunannya. Dan kendaraan mereka melaju menuju bandara.
***
Rombongan aryan masih sempat mengejar jadwal pesawat terakhir. Tapi mereka harus menunggu dua jam lagi karena hari baru jam 6 sore. Mereka meletakkan barang-barangnya diruang tunggu. Sementara sahabat aryan berpisah-pisah karena sebagian ingin melaksanakan ibadah maghrib. Aryan tak lansung menuju mushola. Dia penasaran dengan seseorang yang baru saja masuk keruang tunggu sama dengannya.
Dengan langkah yang terseret, karena menggunakan tongkat, Aryan mendekatinya. Wanita itu mengenakan jaket putih, baju kemeja biru, dan dia mengenakan rok panjang. Rambut wanita itu di ikat dan wajahnya membuat dada aryan bergetar seperti dulu. Langkah aryan semakin di percepatnya. Tapi terhenti kembali.
Seorang bayi ada dipelukannya. Aryan mengatur nafasnya, mengatur emosinya, menghilangkan rasa sedih yang mulai memakan hatinya. Aryan tetap berjalan mendekat, hanya saja dengan perlahan. Elda yang tadi memperhatikan bayi itu kini menatap lelaki yang berjalan perlahan mendekatinya. Wajah lelaki itupun sangat dikenal elda. Elda segera berdiri.
“Ar..yan..” Elda tak percaya.
“hai, El...” Aryan membalasnya dengan senyum.
“kau..” Elda takjub melihat aryan yang sudah bisa berjalan.
“hehehe. Aku berjalan berkat terapi berat lho.” Aryan bingung ingin berkata apa. Hati Aryan kalut karena bahagia dan gundah bercampur aduk. Sementara mata elda mulai berkaca-kaca. Mereka diam sesaat sampai keheningan mereka buyar karena suara seorang lelaki.
“El. teman mu?...” kata lelaki yang terlihat lebih tua dari Aryan itu.
“iya mas, ini Aryan.” Kata Elda bergetar.
“Aryan yang kau ceritakan itu???, wah ini kejutan, kami baru saja mau ke kota tempatmu tinggal” Lelaki itu tersenyum sambil meraih tangan kiri Aryan. Aryan membalas dengan senyum seadanya.
“ups lupa, kenalkan, namaku Desta, aku sepupu Elda. trus emm, nah wanita itu yang sedang berjalan kemari adalah istriku, Lili.” Lanjut Desta.
Sesaat Aryan binggung. Ternyata Ini bukan suaminya? Begitu pikir Aryan.
Bayi yang ada dipelukan Elda menangis. Lalu Lili mempercepat langkahnya dan mengambil bayi yang menangis itu. Bayi itu adalah keponakan Elda. Aryan menghembuskan nafas panjang tanda dia lega. Yang ada dihatinya kini hanyalah bahagia. Elda tampaknya mengerti arti keluhan itu tapi dia sengaja bertanya. Dan Aryan dengan polos mengakui asumsinya yang keliru itu dan mereka tertawa bersama.
Aryan kemudian mendekati Elda. Dan masih seperti dulu mereka tidak perlu mengucapkan apapun jika berdekatan. Denyut nadi terasa berdetak bersahutan. Bahagia yang meluap membuat senyum yang terulas menjadi indah tak terperi. Lalu senyum itu akan kembali menjadi rangkuman cerita panjang. Cerita yang mengatakan bahwa mereka akan bahagia hingga senja usia dunia.
Sumber : Kumpulan Cerpen dan Puisi
makasih buat semua :') dah mau baca sampai akhir...
-olx-
Daftar Isi [Tutup]
0 Comments
Post a Comment