Cerpen remaja : Jurnal kak Rama Bagian 3

Share :
Semakin keren saja Cerpen remaja : Jurnal kak Rama Bagian 3 cerpen ini bersambung terus, hehehehe.... kali ini Aneka remaja memberikan Cerbung yang bagian ke 3 kal sudah penasaran, langsung saja di baca, jangan ragu dan bimbang ya...Yess!

Sepanjang perjalanan menuju tempat rental mobil aku merenung. Yaya sebagai supir mencoba menghiburku dengan berbagai leluconnya. Cerita-cerita masa SMA yang seru tapi tetap saja aku bungkam. Gheta juga terlihat shock. Cerita yang kudengar benar-benar merusak bayangan baik kak Rama yang kukenal selama ini. Alasannya meninggalkan kami sekeluarga benar-benar konyol.

***

Vita anak ibu adalah anak yang penurut kata-kata bu Wiwit, ibunda kak Vita, menggema kembali dikepalaku.

Meski kadang-kadang kasar, dia itu anak yang sensitif. Saat awal kuliah Vita cerita tentang seorang anak lelaki bernama Rama. Anak lelaki itu lembut dan perhatian. Tapi sifatnya yang luwes membuat Vita tak percaya pada Rama. Bagi Vita Rama adalah seorang playboy seperti lelaki lain. Tapi Rama membuat Vita percaya. Dan suatu hari lelaki yang bernama Rama itu mengatakan cintanya. Itu adalah saat januari tahun kedua Vita kuliah. ungkap bu Wiwit.

Satu pertanyaan terjawab untukku. Itu adalah jawaban untuk catatan kakak yang tak selesai. Ternyata kak Rama jadian dengan kak Vita. Aku lalu mendengarkan lagi cerita bu Wiwit.

Saat tahun ketiga mereka adalah tahun... beliau berhenti sesaat.Vita hamil oleh kakakmu, Rama. Saat itu ibu sekeluarga membenci kakakmu. Ibu merasa malu sampai mau mati. Kami sekeluarga mengusir Vita. Itu adalah kesalahan terbesar ibu. Mereka berdua kerumahmu di Kalimantan. Tapi mereka dimarahi oleh ayahmu. Meski tidak di usir tapi mereka tetap pergi meninggalkan keluargamu. Yang ibu dengar dari Vita katanya ada alasan lain. Beliau berhenti. Aku saat itu sudah mulai terguncang hebat.

aku membenci kakak. aku membencinya melebihi apapun. hanya karena alasan seperti ini dia pergi?. cinta? terkutuk lah cinta itu.

Vita mengirim surat kepada ibu setiap dua bulan sekali. Meski ayah Vita masih membenci mereka berdua, tapi ibu sudah tidak. O ya.. katanya kakakmu tak pernah mengirim surat ya? beliau melihatku yang saat itu sudah lemas.

yajawabku singkat.

pernah dulu ibu tanya mengapa begitu?. Tapi Vita masih menjawab karena alasan lain bu. Alasan yang lebih besar. aku benar-benar pusing saat itu. Lalu aku menangis sejadi jadinya. Aku mengutuk kakak yang tega meninggalkan ayah dan ibu. Apa lagi jika hanya karena alasan seperti itu. Aku terisak seperti anak kecil waktu itu.

ibu tahu, dimana Rama. Dia ada di makassar, lombok. Kata bu Wiwit hampir menangis melihatku. “dia menikah dan tinggal bersama Vita disana” lanjut beliau.

aku tak peduli bu' aku tak akan mencarinya lagi” kataku masih terisak.

jangan begitu nak, bagaimanapun dia kakakmu.Beliau menasihati.

aku, seperti benci padanya sekarang sanggahku singkat. Namun beliau memegang pundakku. Aku menatap wajahnya.

hidup, adalah belajar dari kesalahan. Dan masa muda, saat-saat yang rentan kita berbuat kesalahan. Jika kau tak memaafkan kakakmu, kau mungkin akan merasa bersalah suatu hari nanti. Tatap mata dan senyum bu Wiwit membasuh benciku.

yang sudah terjadi adalah masa lalu. Kita hidup untuk hari ini dan esok. Iya kan?aku berhenti menangis. Aku merasa ibu ada disini. Aku tersenyum. Setelah mendapatkan alamat kakak, kami pulang.

***

Kami rapat kecil sesaat di tempat rental mobil. Menggunakan kendaraan apa kami akan mencapai lombok?. Semua setuju, agen travel. Perjalanan ini akan sangat panjang. Tapi kami harus ke jakarta lagi untuk mencari penerbangan langsung kesana. Aku tak mau lagi membuat Gheta dan Yaya kerepotan. Bukan masalah uang, tapi izin kepada orang tua mereka yang merepotkan. Itu ku setujui karena mereka semakin ngotot ingin ikut perjalanan ini.

Kami menyewa mobil ini hanya untuk kami bertiga. Aku tak mau berdesakan dengan orang asing. Apa lagi ditambah harus menunggu penumpang disuatu tempat. Untuk kemewahan ini, aku merogoh separuh uang tabunganku.
Sore hari, di dalam mobil travel. Yaya duduk di depan dengan sopir. Dia menyuruhku untuk beristrahat. Dia tahu, lelah perasaan itu sangat menyiksa. Aku menurutinya, aku duduk disamping Gheta. Gheta mengulangi kata-kata bu Wiwit.
Masa muda adalah masa yang rentan dengan kesalahan.

tapi jatuh cinta bukanlah kesalahan Za, pinter-pinteran kita aja.” Dia tersenyum.

Cinta..? Ah kata itu. Aku belum pernah merasakannya. Sungguh, masa remajaku aku habiskan bekerja dan menabung. Aku jarang bergaul dengan wanita. Gheta mungkin satu-satunya wanita yang pernah aku ceritakan cerita tentang kakakku. Lagipula Yaya selalu menempel kemana aku pergi. Kami sering jadi bahan ejekan, aku tak peduli. Aku hanya ingin mencari kakakku. fokus, tak tergoyahkan selama dua belas tahun ini. Sama sekali tidak ada waktu untuk cinta. Sekarang aku penasaran, segila apa cinta itu?.

static.tumblr.com
***

Kami melewati jawa tengah dan memasuki jawa timur. Gheta sejak tadi permisi meminjam bahuku untuk tidur. Melihatnya mendengkur pelan, Aku ikut mengantuk dan terlelap. Saat aku terbangun kami sudah mendekati surabaya, tapi hari masih malam. Yaya pun kulihat tertidur pulas didepan. Dan gheta...? ini..

Gheta memeluk tubuhku entah sejak kapan. Aku merasa geli, dan ingin membangunkannya. Tapi samar-samar sinar lampu jalanan menerangi wajah Gheta. Tiba-tiba dingin ac mobil menjadi hangat. Wajah gheta baru kali ini kulihat sedekat ini. Bibir dengan lipglosnya, mata dengan maskara tipis, dan anting permata yang seperti untaian anggur. Gheta membuatku berfikir kembali arti cantik. Mengapa setelah sekian lama, baru aku sadar Gheta ini cantik?. Gheta menggerakkan tubuhnya, dia terbangun. Aku memejamkan mataku pura-pura tidur. Dia tertawa kecil.

kau membangunkan aku... hehe!!kata Gheta. Aku malu sekali, lalu kubuka mataku pelan.

tapi aku tak besuara sama sekali tanyaku heran.

degup jantungmu...ccepat dan berisik udah kayak gendang aja... hehehedia menggodaku. Aku semakin heran, mengapa dia tak melepas peluknya.

Ghe.. bukankah kau udah bangun. Emm.. kok nggak dilepasin aku serba salah sekali.

nggak mau.. .dingin tau.. manja sekali. Aku tak bisa berdebat. Lagipula pasti kalah dengan Gheta. Tapi geli membuatku terpaksa melawan.

Ghe, kayak tadi aja di lenganku... aku geli nihpintaku.

Za. Aku pengen kamu ngerasain juga. Gheta mendongakkan kepalanya melihatku.

eh.. apa? tanyaku singkat.

“debar jantungku yang juga cepat...” Kata Gheta. Aku diam. Aku membuat asumsi. Dan aku menanyakannya berharap salah.

kau... suka padaku ya... hehehe? aku membuat candaan agar tidak kaku.

hmm.. Menurut kamu apa alasan aku ngotot ngikutin kamu selama ini..? Dan kata suka itu untuk anak-anak. Aku sayang sama kamu. Gheta mengeratkan pelukannya. Aku diam sesaat.

Inilah gheta. Selalu blak-blakan. Aku ingin tersenyum, dan berterima kasih. Tapi aku melihat bayang Yaya yang entah sejak kapan memperhatikan kami berdua. Aku tak mengenal tatapan itu. itu adalah tatapan lelaki sejati, bukan lelaki gemulai seperti biasanya. Gheta semakin manja dan Yaya semakin garang. Aku seperti mengunyah sepuluh pil malaria tanpa ditelan. Pahiiit sekali.

Kami tiba di surabaya. Tapi rasanya perjalanan menuju kakakku masih jauh.. jauh.. jauh sekali...!!


Bersambung Lagii dan Lagii...
Sumber : Kumpulan Cerpen dan Puisi

-olx-

Daftar Isi [Tutup]

    Reaksi:
    Newer
    Older

    0 Comments