Cerpen Cinta - Siswi Baru Dikelasku
Cerpen Cinta - Siswi Baru Dikelasku karya Yesi Astria merupakan aliran sebuah Cerpen Cinta yang tentunya sangat romantis sekali walau ada bumbu bumbu dalah sebuah kisah cinta yang sangat rumit silakan di baca aja dari pada penasaran ehhehe
Cerpen Cinta - Siswi Baru Dikelasku
“Kring…kring…” terdengar suara bel keluar main. Mataku mulai
merekah sebab sedari tadi otakku ingin membebaskan diri dari kenanaran
pelajaran Matematika. Kutatap siswa-siswi yang berlalu lalang didepanku keluar
masuk ruang kelas. Dalam keadaan setengah mengantuk aku berusaha bangkit dari
tempat dudukku mencari kesegaran angin di luar sana. Tanpa sengaja mataku menatap
seorang siswi yang duduk di deretan tempat dudukku kuperhatikan wajah seriusnya
menghitung angka-angka Matematika yang mengerikan, menurutku. Aku mendekati
siswi berambut sebahu yang duduk di bangku paling belakang itu.
“Hai…” sapaku padanya. Dia hanya terdiam dan terus melakukan
aktivitasnya; menghitung. Aku menyapanya lagi sampai tiga kali namun dia tetap
saja tak menggubris sapaanku. “Kau tak ingin keluar main sekedar untuk mengisi
perut?” aku mulai berani bertanya padanya. Seperti biasa dia tak
memperdulikanku. Aku bertanya lagi dan lagi tapi dia tak juga melihatku, aneh
sekali orang ini gerutuku dalam hati. Tak ada angin tak ada hujan dia melihatku
dengan sorot mata jarum dengan maksud mengusir. Akupun pergi dan kembali duduk
di tempatku dengan membawa sejuta rasa
penasaran. Dia siswi paling aneh yang pernah aku temui sepertinya dia punya
kelainan. Sejak awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran dia jarang sekali
berbicara bahkan tak pernah tapi anehnya dia selalu fokus saat proses
pembelajaran berlangsung dia juga jarang keluar kelas kelas waktu keluar main
palingan dia hanya keluar ke perpustakaan. Aku sering melihatnya berdiam
dikelas hanya untuk membaca atau menulis-nulis. Ini bukan kali pertama aku
menyapanya ini sudah sering aku lakukan karena aku benar-benar ingin mengetahui
banyak tentang dia. Awalnya aku tak mengetahui namanya tapi aku sempat
mendengar namanya saat guru mengecek kehadiran kita, dia hanya mengangkat
tangan tanpa bersuara.
“Kring…kring…kring…” suara bel masuk. Ditengah pembelajaran jam keempat
aku terus saja memperhatikan Dina; siswi aneh itu. Gadis bermata coklat itu
benar-benar berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung tapi kenapa dia tak
pernah menonjolkan kebisaannya? Dia selalu belajar sendiri. Aku rasa ini…, “Morri ini hasil ulanganmu.”
Panggil Bu Santi guru Fisika pada Morri, ini memecah lamunanku. Morri adalah
siswi yang katanya tercantik dikelas rambut panjangnya selalu terurai lepas.
Pertama kali aku melihatnya aku mengakui dia memang cantik tapi setelah aku
tahu dia memiliki arogansi yang sangat tinggi aku menjadi tak tertarik lagi untuk
mengenalnya lebih jauh. Aku duduk di bangku kedua tepat di belakangnya, jika
dia ditanya kenapa dia duduk didepan oleh teman-teman yang lain dia pasti
menjawab. “Itulah orang-orang cerdas dan selalu memerhatikan guru.” Huaa… sungguh
aku muak mendengar keangkuhannya itu.
“Putri, aku dapat nilai 10 loo ulangan
ini.”
“O, ya selamat ya Ri…” ujarku memberikan senyuman palsu.
“Kapan kamu bisa sepertiku? Jangan molor aja. Hahaha”
“Hmmm… aku akan berusaha.” Suaraku menciut. Dia kembali menghadap depan.
Ucapannya secara tidak langsung mengejekku, seandainya tidak ada guru mungkin…,
“Dina, ini nilai ulanganmu.” Bu Santi memanggil siswi misterius itu,
kuperhatikan langkah demi langkah kakinya, wajahnya kelihatan biasa dan slow.
Setelah dia mengambil kertas hasil ulangan hariannya dia segera kembali ke
tempat duduknya. Dia tidak pernah mempublikasi hasil ulangannya, dia sangat tertutup
berbanding terbalik dengan Morri siswi angkuh yang suka pamer dan merasa tak
ada yang mampu menandinginya.
Sisi kiri kananku penuh dengan tilikan puluhan pasang mata mencari-cari
jawaban. Aku menoleh melihat Dina dia sedang konsentrasi menjawab permintaan
soal-soal yang ada dihadapannya. Didepanku Morri mengerjakan soal dengan
senyum-senyum kesombongan dengan tampang yang sok. Dia amat pintar
menyembunyikan kertas contekannya, huft… Pembohong besar, pantaskah dia menjadi
juara kelas seperti tahun kemarin? Penipuan nyata didepan mata semua guru yang
aku ajukan pertanyaan tentang hal ini dia pasti menjawab. “Saya tahu
siapa-siapa yang jujur dan yang tidak.” Aku menganggap jawaban guru itu adalah
jawaban sampah, jika mereka tahu mengapa mereka masih saja menjadikan Morri
juara kelas dua kali berturut-turut? Aku ingin sekali menyingkirkan gadis itu.
“Kriing…kring…” terdengar bel pertanda kertas ujian harus dikumpulkan. Aku
harap ujian semester ganjil tahun ini berbeda dari sebelumnya. Aku bosan melihat
gadis congkak itu dari kelas 10 sampai kelas 11 sekarang ini selalu dia yang
mendapat peringkat pertama Morri Morri dan Morri lagi.
Bulan Desember dimana semua siswa-siswi akan menerima raport semester
ganjil kelas 10,11 dan 12. Kondisi langit yang mendung mendukung ketegangan
pembagian raport. “Baiklah anak-anak sekarang ibu akan mengumumkan siapa-siapa
saja yang mendapat peringkat pertama, kedua dan ketiga. Juara ketiga diraih
oleh…,” keadaan kelas mulai menegang tak ada yang dapat berbicara. Hening.
“…Bayu Setyo. Tepuk tangan…” tepuk tangan meriah itu terdengar. Bayu adalah
murid yang baik namun dari kelas 10 peringkatnya selalu tiga. “… Juara kedua
diraih oleh…,” semuanya menegang. Semua siswa sudah mulai menebak-nebak. “…Mira
Marissa, Tepuk tangan untuk Mira…” Mira adalah siswi yang sederhana namun
sangat disiplin dan bersih. Inilah saat yang aku tunggu-tunggu. Juara pertama,
ya siapa yang akan meraihnya, aku selalu berharap bukan nenek sihir itu lagi.
“Juara pertama pasti aku yang meraihnya kamu lihat saja nanti Put.” Ucap
Morri menoleh menghadapku. Aku hampir
saja menutup mulutnya dengan sepatuku andai saja bukan di sekolah. “Baiklah
anak-anak inilah saat yang kita tunggu-tunggu siapa yang akan meraih juara
pertama.” Semuanya mulai bungkam dan sepertinya wajah semua murid tahu bahwa Morri
yang akan mendapatkannya. Namun berbeda dengan ekspresi Dina, kuperhatikan dia
hanya diam menunduk di bangkunya, wajahnya nampak pasrah namun tak menyerah.
“Baiklah juara pertama diraih oleh…,” siapa ya? Siapa ya? “… Dina Mutiasari…
tepuk tangan untuk Dina…” aku mulai tercengang, mataku yang tadinya biasa
menjadi terbelalak. Dina siswi pendiam itu meraih juara pertama, pelik. Ini
sungguh mengherankan tapi disisi lain aku merasa puas melihat wajah Morri
begitu kecewa dan tentunya malu habis-habisan. Dia berdiri mencoba untuk
berlari membawa rasa malunya. Wajah kecewanya membuatku ingin tertawa
terbahak-bahak.
“Tunggu Ri!” dia menghadapku, akupun berdiri. “Selamat atas
kemenanganmu.” olokku. Dia tak menjawabku dan menepis tanganku yang ingin
berjabat dengannya. Dasar anak sombong, pikirku sembari mengangkat ujung bibir
kananku. Aku melihat kerumunan siswa yang merubung di bangku Dina. Bagaimana
bisa dia mendapatkannya dan mengalahkan Morri?
Aku berjalan menuju ruang guru, aku ingin sekali menanyakan pada wali
kelasku kenapa peringkat pertama di raih Dina bukan Morri? Aku berjalan
memegang pertanyaan itu, akhirnya aku bertemu wali kelasku setelah mengucap
salam aku dengan lancarnya melontarkan pertanyaan itu dan dia menjawab. “Ibu
percaya kejujuran akan selalu menang dan kecurangan akan selalu kalah. Bagi ibu
Dina bukan anak yang aneh atau kelainan dia adalah siswi professional. Dia tak
pernah menunjukkan kepintarannya, bahkan kesombongan tak ada dalam dirinya.
Pernah suatu hari ibu bertanya padanya kenapa dia tak pernah menunjukkan
kemampuannya namun dia diam saja. Bagi ibu dia adalah anak yang baik dan jujur,
ibu seratus persen percaya kemenangannya adalah hasil kerja keras dia sendiri.”
Sekarang aku mengerti. Aku berlari menuju ruang kelas aku ingin mengucap
selamat kepada Dina. Sesampai aku dikelas aku langsung berdiri di hadapannya.
“Selamat ya Dina…” ucapku dengan napas terengah-engah dan tangan yang
ingin berjabat tapi seperti biasa dia hanya diam dan tetap memandang bukunya.
Seolah-olah dia tak mendengarku. Akupun berbalik membelakanginya. Mungkin ini
belum saatnya aku mengajaknya bicara, pikirku.
“Tunggu…” panggilnya. “Terimakasih…” aku hanya mengangguk dan memberi
senyum. “Kurasa kau adalah orang yang baik. Maukah kau menjadi temanku?” mimpi
apa dia? ingin menjadi temanku. Ini kali pertama aku mendengar suaranya, cukup
anggun dan lembut.
“Aku punya satu syarat jika kau benar-benar ingin menjadi temanku…,”
ucapku menantang. Dia melihatku dengan tatapan penasaran, dahinya mulai mengernyit
dan mata coklatnya mulai bertanya-tanya.
“Apa?” ujarnya.
“Ajari aku bagaimana menjadi sepertimu!” dia tersenyum lebar dan
kegirangan akupun ikut tersenyum tapi tiba-tiba senyumannya berubah menjadi
sebuah tatapan mengerikan dengan sorot mata mulai menajam.
“Tapi kau harus bayar mahal.” Katanya.
“Baiklah. Berapa?”
“Tidak dengan uang.”
“Lalu apa?”
“Kau harus membantuku menaburkan kejujuran. Kamu sanggup?”
“Tentu saja. Hahaha…” ruang kelas tiba-tiba
berubah menjadi lautan tawa kita berdua menciptakan canda dan tawa kemenangan.
Rasa penasaranku terpecahkan sudah.
Nama : Yesi AstriaTwitter : @Ecieci_Alamat : Praya, Lombok Tengah
Cerpen Cinta - Siswi Baru Dikelasku bagai man menurut kalian bvagus gak? dari pada cuma baca ilakan di koment aja deh Cerpen Cinta - Siswi Baru Dikelasku moga bgus2 koment nya
Daftar Isi [Tutup]
0 Comments
Post a Comment