Kumpulan Puisi Romantis : Agus Abdul Hakam

Share :
Kumpulan Puisi Romantis : Agus Abdul Hakam Kali ini apdet lagi dari masa kegalauan yang sangat menyakitkan buat si mimin yang imut-imut kayak marmut mengingatkan puisi yang sebelumnya Puisi Perpisahan dengan judul rintihan isi hati dari si mimin aneka remaja Kumpulan Puisi Romantis ini tentunya sangat bagus bagus kalo gak percaya silakan anda baca dech
Ketika Ketika dan Ketika

Pagiku gelap malam
Bahagiaku terpendam
Indahku kelam
Rasaku musnah
Ingatanku sirna
Ruangku sesak
Ragu sinar mentari
Layukan semua yakinku
Dahagaku ada
Tapi percayaku hilang
Harapanku susut nista
Dilumat ego membara
Aku lelah
Aku bosan
Aku ingin berhenti bernafas
Seperti ini aku tak pantas berharap
waktu tak akan berpihak
Satu jalan yang lebih bijak
Pasrah terhadap takdir
Akan kuikuti kemana arah angin bertiup
Tujuanku telah menjadi mimpi buruk
Bosanku membeku
Menjadi batu kemurkaan
Jiwaku lumpuh
Digerogoti pahitnya kenyataan
Tiap kali senyumku tersimpul
Adalah kedok dari sakitku
Kini…..
Tak kan ada obsesi dalam hidupku
Menunggu dunia tersenyum padaku
Waktu berpihak dalam detak jantungku
Umurku termakan musnah
Menunggu
Airmataku pun beku
Kini darah adalah air mataku
Aku muak dengan keadaan ini
Aku ingin nafasku berhenti….
Banyak Terima Kasih Yang Akan Ku Sampaikan.
Terima kasih kau telah melontarkan senyuman manis, meskipun senyummu bukan untukku.
Terima kasih untuk dirimu yang ada di khayalku sejak itu.
Untuk no hp-mu meskipun  aku sedikit pengecut.
Untuk jari-jarimu yang telah sudi membalas smsku.
Untuk kenangan meskipun tak bersama.
Terima kasih telah mengajarkan bagaimana rasanya sakit hati, semoga kau tak pernah merasakannya.
Sampai disini pengorbananku.
Terima kasih untuk semua yang tak bisa kusebutkan satu persatu.


Rincik Hujan„„

Gemercik hujan terurai mesra disiang yang tenang. Aku masih termenung dalam gersang. Hujan kali ini, apakah kau sengaja mewakili perasaanku? Aku tak tau. Yang kutau hujan adalah rahmat Tuhan bagi mahluk semesta. Namun turunnya hujan ini hanyalah menambah kegersanganku belaka. Tak mungkin rasanya aku merasakan dinginnya tetesan air kali ini. Luka ku seperti terbasuh duri yang menganga.
Tak semestinya aku merasakan kegalauan ini, ga galau ga gaul meeen. Asap menjadi teman setia untuk kali ini, ahhhh aku terpuruk selalu.
Kejamnya hidup menjadi sahabat, ganasnya alam menjadi teman. Aku terbiasa dengan suasana ini. Entah sampai kapan ini akan berakhir? Tapi sudut hatiku yang lain tak ingin suasana ini berakhir. Aku telah terbuai dengan rasa ini. Rasa yang tak kunjung reda merajam rana.
Entah kepada siapakah aku mengadu, hati yang pilu kian menderu. Maya yang menjadi dambaan curhatanku. Dia tak pernah berpaling ketika ratapan tulisan menghantar luka mendera. Dia selalu ada, ketika rasa tak kunjung mengakhiri lara.
Mendung menggelayut sendu di langit hatiku. Aku terpaku, aku kaku untuk menuaikan rasa yang kian membisu.
Gemuruh petir menjadi backsound yang sangat indah. Tak peduli orang menganggapnya derita. Tapi aku bangga akan suaranya. Yang mengaum durja membelah kegelapan, kesunyian tak pernah ia hiraukan.
Aku kagum padanya, suaranya bahakan kilatan cahanya. Dia gagah, dia tegap menghadapi mendung yang menyelimutinya. Dia takkan berhenti bersua sebelum mendung sirna. Ingin aku meneladaninya, untuk tegar dalam menghadapi dunia.
Dunia ini terlalu fana, , , cinta ini terlalu menyiksa.
Suatu saat aku berharap ada uluran tangan hampa membelai indah luka. Tak peduli siapa, dimana dan entah apa yang akan ia berikan. Jiwa ini terlalu sunyi untuk berbagi. Hati ini menggigil mendekap sepi. Adakah dia?
Rasaku Lumpuh
Pagiku gelap malam
Bahagiaku terpendam
Indahku kelam

Rasaku musnah
Ingatanku sirna
Ruangku sesak

Ragu sinar mentari
Layukan semua yakinku

Dahagaku ada
Tapi percayaku hilang
Harapanku susut nista
Dilumat ego membara

Aku lelah
Aku bosan
Aku ingin berhenti bernafas

Seperti ini aku tak pantas berharap
waktu tak akan berpihak
Satu jalan yang lebih bijak
Pasrah terhadap takdir
Akan kuikuti kemana arah angin bertiup
Tujuanku telah menjadi mimpi buruk
Bosanku membeku
Menjadi batu kemurkaan
Jiwaku lumpuh
Digerogoti pahitnya kenyataan

Tiap kali senyumku tersimpul
Adalah kedok dari sakitku
Kini.....
Tak kan ada obsesi dalam hidupku

Menunggu dunia tersenyum padaku
Waktu berpihak dalam detak jantungku
Umurku termakan musnah
Menunggu

Airmataku pun beku
Kini darah adalah air mataku
Aku muak dengan keadaan ini
Aku ingin nafasku berhenti....


Harapan…
Fajar telah tinggalkan jejaknya dipagi hari, mataharipun menjelang. Kehidupan berawal kembali dan lupakan semua masa lalu yang kurang berpihak kepada kita. Disini kita tak selamanya merintih, harus ada tetesan air mata kebangkitan. Dunia masih milik bersama meskipun hanya bagian kecil. Kecil namun pasti adalah harapan yang sangat berpengaruh terhadap langkah kita.

Tadi malam kita bermimpi, namun kita tidak boleh tidur kembali. Kita harus wujudkan dan raih mimpi itu. Jika dilihat secara logis tentu berat untuk wujudkan semua mimpi itu, percayalah waktu akan selalu ada buat kita. Tergantung bagaimana cara kita berbincang dengan waktu.

Kicauan burung, kokok ayam dipagi hari dan berkas cahaya yang menyapa kita jadikan sebagai sarapan kebangkitan kita. Orang yang bisa lebih baik dari kemarin  adalah orang yang beruntung. Kita jangan mau jadi orang yang merugi, dengan menjadikan hari ini sama dengan kemarin.

Kita mempunyai cara berbeda, tapi mempunyai tujuan yang sama, yaitu kebahagiaan di akhir hayat. Perbedaan itu yang membuat kita kuat, kita dapat saling melengkapi dan saling memberi edukasi. Karena hidup ini adalah pembelajaran yang tak pernah henti.
_keep you smile and achieve your dream

Kicauan burung lagu semangat
Matahari tetap hangat
Lanjutkan mimpi yang tertunda
Cahaya pagi menyapa
Kita pemimpi pasti
Sukses adalah harga mati
Modal kita segudang inovasi
Yang kunikmati nanti

Belum Pandai Aku Bersyukur
Derai air mata hantarkan senja
Indah....
Aku fana
Hembus nafas yang kian memburu
Hantarkan kagumku
Engkau Maha Besar
Kecil aku nanar menatap
Raga ini terbujur kaku
Menggema kuasa indah menyapa
Aku awam
Kasih... ulurkan tanganMU
Detak jantung memuncak
Hantarkan syukur buaian kasih
Menelusuk dingin menusuk
Rahman Rahim-Mu kurenggut khusyuk
Aku belum bisa
Aku tak pantas
Terlalu lemah
Untaian syairmu membuai mesra
Terhenyak raga jiwa bergolak
Kau selalu ada
Namun amarahku selalu memuncak
Tuhan...
Buai aku
Papah aku
Dalam lemah tertunduk khusyuk
Bibir bergetar hati bergumam
Tuhan...
Belum pandai aku bersyukur

Setetes syukur
Gemercik hujan menelisik
Lembayung senja kian menyapa
Gema takbir perlahan mengusik
Hati bergetarmerunduk fana
Denyut nadi entah berapa
Hembus nafas entah berapa
Namun...
Kau selalu mendekap kuasa
Kedip mata menatap bahagia
Dengus hidung melacak asa
Untaian bibir penuhi takbir
Terima kasih tuhan...
Raja dari segala raja
Tuhan dari segala tuhan
Engkau maha indah
Syukur aku panjatkan lemah
Derap langkah tanpa diminta
Ayunan tangan tanpa dibina
Maha duludari yang terdahulu
Berucap syukur terbujur sujud
Terimalah stetes syukur hamba...



Dia
Tipis bibirnya setipis angin yang bertiup lembut
Terpana rasa akan paras yang imut
Aku terdiam menatap kalut
Semoga angan yang terkulai bisa kau sambut
Senyumnya sehangat sore hari
Rasaku gundah entah kemana
Ku harap kau pilih aku, tak seperti lotre
Menatap memandang belaka
Rasakan, resapi
Kau tak akan sesali
Merana perlahan meniti
Gapai indah sang mentari
Aku nanarditelan rasa
Hati tak dapat meraba
Melirik kembali hati yang luka
Bersemayam terpuruk durja
Ini baru awal
Berawal dari khayal
Suatu nanti kau akan mengenal


Itulah sedikit dari Kumpulan Puisi Romantis yang di buat oleh Agus Abdul Hakam moga aja kalian suka, buat teman teman yang suka dengan menulis cerpen dan puisi silakan kirim ke admin aneka remaja semakin banyak semakin bagus silakan kirim yaaa

Daftar Isi [Tutup]

    Reaksi:
    Newer
    Older

    0 Comments