Cerpen : LAP TOP MANIA
Cerpen : LAP TOP MANIA merupakan cerpen yang bisa dibilang lucu lho,,penasaran dengan cerpen lucu baca dech...xixixixi moga aja lucu
“Wah, gemana nih Nan?”
“Bagaimana apanya Ri?”
“Yah …kamu Nan. Kalau di ajak ngobrol kok malah gak nyambung, atau pura-pura gak faham yah?”
“Bukan aku gak faham Ri, tapi kan aku sudah bilang berkali-kali. Sabar,… sabar. Siapa tahu nanti kita ada rizki yang tak di duga-duga. Nah, baru kita beli benda itu”.
“Sabar! Sabar itu itu ada batasnya Nan . Kan kamu yang bilang , kalau kamu pengen beli barang itu .”
Kawan,… inilah hari-hari yang harus aku lalui. Siang dan malam, Qtak Kanan dan Otak Kiri ku selalu berdebat , mempermasalahkan soal pembelian barang yang menurut nya sangat penting, yaitu sebuah Lap Top. Otak Kanan ku yang sifat nya sabar, selalu di pengaruhi oleh Otak Kiri ku yang sifat nya amat berbeda. Kadang aku sampai pusing tujuh keliling, mendengar keributan mereka berdua, yang membuatku tidak konsentrasi dalam segala hal. Namun tidak ku nafikan juga, dengan ketidakadaan nya mereka berdua, jiwaku , terasa hampa dan sepi pastinya. Ah….., entah lah Kawan. Aku terkadang tak faham dengan mereka. Tu ,…kan! Mereka mulai lagi.Yuk kita intip pembicaraan mereka. Siapa tau Otak Kiri ada ide hebat lagi. Dan Otak Kanan kali ini setuju dengan ide-ide saudaranya itu.
“Ah,……!Ting.” Otak Kiri menjentik kan jari nya. Bertanda dia mulai menemukan ide hebat nya lagi.
“Apaan Ri, ngagetin orang saja!” dengus Kanan pada saudaranya .
“He..he…. Nan! Aku ada ide hebat. Di jamin kamu pasti setuju” ucap Kiri penuh semangat. Kanan yang dari tadi diam, tiba-tiba menggeliat, dan langsung terbangun dari tiduran santai nya. Penasaran di buat nya.
“Iya , apaan ! Cepetan kasih tahu aku.” Kanan jadi makin penasaran dengan ide nya Kiri kali ini.
“Janji kamu setuju ya?” Kiri pun dengan santai nya membuat persyaratan.
“Wah , kalau aku di suruh janji dengan perkara yang belum jelas sih, sorry saja Ri. Aku pasti gak mau! Cuma kalau di suruh mempertimbang kan nya ya, itu pasti Ri”
“Ok..ok…, aku faham Nan! Hmm….” Kiri menelan ludah. Kanan memperhatikan saudaranya itu dengan dada berdegup agak kencang. Ceileh,…..deg deg gan kaya lagi nunggu suara pacar nya yang lama gak ada kabar.
“Begini,…Nan. Kamu ingat gak sama Negro yang waktu itu nguber-nguber kita.”
“Gubrak…….!,” Kanan merasa jatuh dari ranjang atas deh, mendengar pertanyaan saudaranya itu” Ngapain pula musti di ingat. Memang nya apa hubungan nya dia sama Lap Top yang mau kita beli Ri” tanya Kanan penasaran
“Yah kamu Nan, culun banget sih jadi orang! Ya pasti dia ada gunanya lah buat rencana kita.” kembali Kiri terdengar bersemangat. Semangat empat lima lagi! Kanan hanya bengong , mulut nya melongo. Ups……,buru-buru Kanan menutup nya sebelum sang lalat melawat nya dengan ria.
“Mau tahu cara nya?” tanya Kiri pada saudaranya itu yang di bilang culun, alias kolot. Kembali Kanan mengagguk, meng- iyakan.
“Begini Nan! Gemana kalau kamu pura-pura terima cintanya, pasti semua akan beres” jawab Kiri dengan enteng nya. Kanan yang dari tadi melongo, tiba-tiba terperanjat. Bagai tersengat listrik ratusan voll, kala dia mendengar penuturan santai saudaranya, seolah tanpa dosa sedikit pun.
“Tidakkkkkkkkk….!” pekik Kanan. Kiri pun njundil seketika.Tak di sangka saudaranya akan berteriak sebegitu keras nya. Kanan marah. Kiri pun sibuk merayunya kembali.
“Lo Nan, katanya kamu mau beli Lap Top? Kok kamu jadi sewot gitu”
“Bagaiman tak sewot, ide kamu itu selalu gila bin ngaco Ri!” jawab nya sambil melengos.
“Iya Nan, tapi kan kalau kita nunggu ada rizki jatuh, gak tau kapan . Lagi pula kita kan cuma pura-pura menerima cinta dia saja. Yang penting gak beneran , itu saja kok, repot . Lagi pula dia juga yang bilang, kalau kita mau jadi pacar dia , dia mau beli apa saja buat kita Nan.” kembali Kiri bersuara, walau suaranya kini tak seperti yang tadi, karena suaranya kali ini lirih, dan hampir tak terdengar oleh telinga saudaranya itu.
“Itu namanya ngeret Ri, dan aku tak mau berbuat seperti itu. Dosa tahu!” Ucap kanan, melemah .
“Alah…. !Persetan dengan dosa Nan! Toh bukan kita saja yang berbuat seperti itu. Tuh, si Leni! Kamu tahu kan cewek yang di depan flat rumah kita. Tahu gak kamu Nan, dia sekarang lagi pacaran dengan Bule bercucu tiga. Dia ok-ok saja tuh. Gak kaya kamu yang kebanyakan mikir. Dosa lah, gak enak lah, dan lain-lain. Tapi lihat saja si Leni. Dia sangat enjoy, bahkan bangga punya gebetan bule. Coba kalau kamu punya perasaan sama kaya dia, kan Lap top mudah kamu dapat kan, tanpa harus bersusah payah” ucap Kiri dengan santai nya.
Mendengar jawaban santai saudaranya itu, kembali Kanan muntab. Ia bagai berdiri atas wajan yang telah di panaskan.
“Eh Ri! Kamu dengar baik –baik ya. Dia….! Ya dia, bukan aku!. Aku….! Tetap aku, gak sama seperti dia. Kalau dia bisa berbuat seperti itu ,itu urusan dia Ri, bukan urusan ku. Tapi kalau kamu samakan dia sama aku, jelas aku tidak terima. Titik”
Kamu ingat gak nasehat orang tua kita, mereka menginginkan kita hidup tanpa harus bergantung pada orang lain, apalagi ngeret anak orang. Gak baik tahu! Bisa-bisa kuwalat. Karma itu bisa terjadi pada kapan saja dan di mana saja Ri. Kamu mau, karma kita nanti terjadi sama anak cucu kita? Gak kan Ri? Istigfar kamu, dia itu juga kuli kaya kita, masa kamu mau ngeret dia. Kalau aku no way!.” Sungut Kanan, sambil mendekap dadanya. Ia mencoba meredamkan getaran hebat di dalam nya.
“Aaaa…..sudah , sudah! Kalau gak mau dengar ideku, bilang dong dari tadi, kan aku gak susah-susah ngomong ke kamu, pake di nasehatin segala lagi!” dengus Kiri kesal
“Bukan begitu, tapi kamu musti tahu, aku kepingin lap top ku itu ber made in halal Ri, bukan cap haram.” jawab Kanan lembut.
Mendengar ucapan Kanan, Kiri tekekeh-kekeh.
“Memang nya orang tahu merek gituan Nan. Yang mereka tahu kalau lap top itu, ya bermerek Toshiba, atau Sony, atau juga Accer,” Ledek kiri.
Kanan hanya mampu menghela nafas, lalu menggelengkan kepala. Lelah menerangkan pada saudaranya yang tak mampu mencerna jalan fikiran Kanan. Ia diam, malas bersuara.
“Kenapa diam Nan. Bukan kah kamu pernah bilang, kalau kamu kepengen jadi penulis terkenal seperti Pak Habbiburrahman. Pak Taufiqurrahman, atau Mbak Asma Nadia?. Kalau kamu belum punya lap top, gemana mau jadi penulis Nan. Sekarang kan jaman sudah moderen. Penerbit buku juga gak akan menerima cerita atau Novel, dalam bentuk tulisan tangan. Tapi kalau kamu gak percaya, ya sudah. Kirim aja cerpen sama novel kamu ke Penerbit dalam bentuk tulisan tangan. Hikz… jangan harap tulisan kamu akan di baca. Mungkin di lirik pun tidak, apalagi berharap akan di terbitkan , best seller lagi, jangan mimpi Nan!. Aku ulangi sekali lagi yah, jangan mimpi!” ucap Kiri dengan sinis nya.
“Kok kamu bilang begitu sih Ri? Tega-tega nya mematah kan semangat saudara sendiri.” Ucap Kanan. Semangat nya untuk jadi seorang Penulis jadi memudar seketika karena sindiran saudara nya.
“Ya semua terserah kamu Nan, aku sebagai saudara kamu ya jelas ingin melihat kalau kita bisa berhasil, lebih cepat punya lap top kan lebih baik, jangan suka menunda-nunda , nanti kesempatan bisa di gaet orang lain”
“Iya,…aku tahu Ri, tapi kan ada cara yang lebih baik setidak nya. Bukan cara yang seperti ini. Maaf , aku benar-benar tak bisa Ri” kembali Kanan menolak. Kiri mendengus, kesal pada saudaranya.
“Enak ya, mereka-mereka yang mampu berbuat begitu, dapat apa yang di mau. Rumah, mobil, atau juga uang yang berlimpah. Fuh…..coba kalau saudaraku ini juga mau kaya gitu, pasti aku juga ikut kaya deh” Kiri tersenyum sinis, menyindir Kanan
“Ya Allah Ri, istigfar kamu. Apa kamu tak takut dosa? Bukan kah apa yang kita perbuat ada yang mencatat nya. Baik dan buruk kelakuan kita, semua akan ada balasan nya Ri. Sudah lah, aku tak mau berdebat lagi. Aku sudah terlalu lelah, aku mau tidur” ucap Kanan. Ia menyelimuti tubuh nya.
“E…e…, tunggu dulu Nan, masa gitu aja kok ngambek?” ucap Kiri. Dia takut kalau saudara nya marah.
“Apa lagi sih Ri, aku benar-benar capai lho, aku mau istirahat”
“Em,....kalau gitu….” Kiri menggigit bibir nya sesaat . Dia ragu-ragu untuk mengucapkan. Dia tahu saudara terlalu lurus dan jujur jalan fikiran nya.
”Nan….!” Teriak nya. Kanan yang mulai terpejam matanya mendadak kaget di buat nya.
“Apa lagi Ri…..?” desah nya.
“Nah! Dari pada bingung-bingung beli lap top gak punya uang, kenapa gak minta saja sama orang yang lagi baca cerita ini?. He he…..
Gubrak……,.
Kembali kanan ter jatuh dari angan. Kali ini ia enggan tuk bangun lagi. Terlelap , bahkan ngorok.
“Nan………! Pekik Kiri
”Yah,….parah! Gue di cuekin lagi nih” Batin Kiri.
“ Gagal lagi deh beli lap top nya” dengus nya kemudian. Ada perasaan marah dan salut, dalam dadanya. Perlahan ia amati wajah tenang saudara nya. Ada secercah kelembutan merasuki Qolbu. Biarpun ia merasa kalah, namun ia merasa bangga memiliki saudara yang pemikiran nya lurus seperti Kanan.
** tamat**
“Bagaimana apanya Ri?”
“Yah …kamu Nan. Kalau di ajak ngobrol kok malah gak nyambung, atau pura-pura gak faham yah?”
“Bukan aku gak faham Ri, tapi kan aku sudah bilang berkali-kali. Sabar,… sabar. Siapa tahu nanti kita ada rizki yang tak di duga-duga. Nah, baru kita beli benda itu”.
“Sabar! Sabar itu itu ada batasnya Nan . Kan kamu yang bilang , kalau kamu pengen beli barang itu .”
Kawan,… inilah hari-hari yang harus aku lalui. Siang dan malam, Qtak Kanan dan Otak Kiri ku selalu berdebat , mempermasalahkan soal pembelian barang yang menurut nya sangat penting, yaitu sebuah Lap Top. Otak Kanan ku yang sifat nya sabar, selalu di pengaruhi oleh Otak Kiri ku yang sifat nya amat berbeda. Kadang aku sampai pusing tujuh keliling, mendengar keributan mereka berdua, yang membuatku tidak konsentrasi dalam segala hal. Namun tidak ku nafikan juga, dengan ketidakadaan nya mereka berdua, jiwaku , terasa hampa dan sepi pastinya. Ah….., entah lah Kawan. Aku terkadang tak faham dengan mereka. Tu ,…kan! Mereka mulai lagi.Yuk kita intip pembicaraan mereka. Siapa tau Otak Kiri ada ide hebat lagi. Dan Otak Kanan kali ini setuju dengan ide-ide saudaranya itu.
“Ah,……!Ting.” Otak Kiri menjentik kan jari nya. Bertanda dia mulai menemukan ide hebat nya lagi.
“Apaan Ri, ngagetin orang saja!” dengus Kanan pada saudaranya .
“He..he…. Nan! Aku ada ide hebat. Di jamin kamu pasti setuju” ucap Kiri penuh semangat. Kanan yang dari tadi diam, tiba-tiba menggeliat, dan langsung terbangun dari tiduran santai nya. Penasaran di buat nya.
“Iya , apaan ! Cepetan kasih tahu aku.” Kanan jadi makin penasaran dengan ide nya Kiri kali ini.
“Janji kamu setuju ya?” Kiri pun dengan santai nya membuat persyaratan.
“Wah , kalau aku di suruh janji dengan perkara yang belum jelas sih, sorry saja Ri. Aku pasti gak mau! Cuma kalau di suruh mempertimbang kan nya ya, itu pasti Ri”
“Ok..ok…, aku faham Nan! Hmm….” Kiri menelan ludah. Kanan memperhatikan saudaranya itu dengan dada berdegup agak kencang. Ceileh,…..deg deg gan kaya lagi nunggu suara pacar nya yang lama gak ada kabar.
“Begini,…Nan. Kamu ingat gak sama Negro yang waktu itu nguber-nguber kita.”
“Gubrak…….!,” Kanan merasa jatuh dari ranjang atas deh, mendengar pertanyaan saudaranya itu” Ngapain pula musti di ingat. Memang nya apa hubungan nya dia sama Lap Top yang mau kita beli Ri” tanya Kanan penasaran
“Yah kamu Nan, culun banget sih jadi orang! Ya pasti dia ada gunanya lah buat rencana kita.” kembali Kiri terdengar bersemangat. Semangat empat lima lagi! Kanan hanya bengong , mulut nya melongo. Ups……,buru-buru Kanan menutup nya sebelum sang lalat melawat nya dengan ria.
“Mau tahu cara nya?” tanya Kiri pada saudaranya itu yang di bilang culun, alias kolot. Kembali Kanan mengagguk, meng- iyakan.
“Begini Nan! Gemana kalau kamu pura-pura terima cintanya, pasti semua akan beres” jawab Kiri dengan enteng nya. Kanan yang dari tadi melongo, tiba-tiba terperanjat. Bagai tersengat listrik ratusan voll, kala dia mendengar penuturan santai saudaranya, seolah tanpa dosa sedikit pun.
“Tidakkkkkkkkk….!” pekik Kanan. Kiri pun njundil seketika.Tak di sangka saudaranya akan berteriak sebegitu keras nya. Kanan marah. Kiri pun sibuk merayunya kembali.
“Lo Nan, katanya kamu mau beli Lap Top? Kok kamu jadi sewot gitu”
“Bagaiman tak sewot, ide kamu itu selalu gila bin ngaco Ri!” jawab nya sambil melengos.
“Iya Nan, tapi kan kalau kita nunggu ada rizki jatuh, gak tau kapan . Lagi pula kita kan cuma pura-pura menerima cinta dia saja. Yang penting gak beneran , itu saja kok, repot . Lagi pula dia juga yang bilang, kalau kita mau jadi pacar dia , dia mau beli apa saja buat kita Nan.” kembali Kiri bersuara, walau suaranya kini tak seperti yang tadi, karena suaranya kali ini lirih, dan hampir tak terdengar oleh telinga saudaranya itu.
“Itu namanya ngeret Ri, dan aku tak mau berbuat seperti itu. Dosa tahu!” Ucap kanan, melemah .
“Alah…. !Persetan dengan dosa Nan! Toh bukan kita saja yang berbuat seperti itu. Tuh, si Leni! Kamu tahu kan cewek yang di depan flat rumah kita. Tahu gak kamu Nan, dia sekarang lagi pacaran dengan Bule bercucu tiga. Dia ok-ok saja tuh. Gak kaya kamu yang kebanyakan mikir. Dosa lah, gak enak lah, dan lain-lain. Tapi lihat saja si Leni. Dia sangat enjoy, bahkan bangga punya gebetan bule. Coba kalau kamu punya perasaan sama kaya dia, kan Lap top mudah kamu dapat kan, tanpa harus bersusah payah” ucap Kiri dengan santai nya.
Mendengar jawaban santai saudaranya itu, kembali Kanan muntab. Ia bagai berdiri atas wajan yang telah di panaskan.
“Eh Ri! Kamu dengar baik –baik ya. Dia….! Ya dia, bukan aku!. Aku….! Tetap aku, gak sama seperti dia. Kalau dia bisa berbuat seperti itu ,itu urusan dia Ri, bukan urusan ku. Tapi kalau kamu samakan dia sama aku, jelas aku tidak terima. Titik”
Kamu ingat gak nasehat orang tua kita, mereka menginginkan kita hidup tanpa harus bergantung pada orang lain, apalagi ngeret anak orang. Gak baik tahu! Bisa-bisa kuwalat. Karma itu bisa terjadi pada kapan saja dan di mana saja Ri. Kamu mau, karma kita nanti terjadi sama anak cucu kita? Gak kan Ri? Istigfar kamu, dia itu juga kuli kaya kita, masa kamu mau ngeret dia. Kalau aku no way!.” Sungut Kanan, sambil mendekap dadanya. Ia mencoba meredamkan getaran hebat di dalam nya.
“Aaaa…..sudah , sudah! Kalau gak mau dengar ideku, bilang dong dari tadi, kan aku gak susah-susah ngomong ke kamu, pake di nasehatin segala lagi!” dengus Kiri kesal
“Bukan begitu, tapi kamu musti tahu, aku kepingin lap top ku itu ber made in halal Ri, bukan cap haram.” jawab Kanan lembut.
Mendengar ucapan Kanan, Kiri tekekeh-kekeh.
“Memang nya orang tahu merek gituan Nan. Yang mereka tahu kalau lap top itu, ya bermerek Toshiba, atau Sony, atau juga Accer,” Ledek kiri.
Kanan hanya mampu menghela nafas, lalu menggelengkan kepala. Lelah menerangkan pada saudaranya yang tak mampu mencerna jalan fikiran Kanan. Ia diam, malas bersuara.
“Kenapa diam Nan. Bukan kah kamu pernah bilang, kalau kamu kepengen jadi penulis terkenal seperti Pak Habbiburrahman. Pak Taufiqurrahman, atau Mbak Asma Nadia?. Kalau kamu belum punya lap top, gemana mau jadi penulis Nan. Sekarang kan jaman sudah moderen. Penerbit buku juga gak akan menerima cerita atau Novel, dalam bentuk tulisan tangan. Tapi kalau kamu gak percaya, ya sudah. Kirim aja cerpen sama novel kamu ke Penerbit dalam bentuk tulisan tangan. Hikz… jangan harap tulisan kamu akan di baca. Mungkin di lirik pun tidak, apalagi berharap akan di terbitkan , best seller lagi, jangan mimpi Nan!. Aku ulangi sekali lagi yah, jangan mimpi!” ucap Kiri dengan sinis nya.
“Kok kamu bilang begitu sih Ri? Tega-tega nya mematah kan semangat saudara sendiri.” Ucap Kanan. Semangat nya untuk jadi seorang Penulis jadi memudar seketika karena sindiran saudara nya.
“Ya semua terserah kamu Nan, aku sebagai saudara kamu ya jelas ingin melihat kalau kita bisa berhasil, lebih cepat punya lap top kan lebih baik, jangan suka menunda-nunda , nanti kesempatan bisa di gaet orang lain”
“Iya,…aku tahu Ri, tapi kan ada cara yang lebih baik setidak nya. Bukan cara yang seperti ini. Maaf , aku benar-benar tak bisa Ri” kembali Kanan menolak. Kiri mendengus, kesal pada saudaranya.
“Enak ya, mereka-mereka yang mampu berbuat begitu, dapat apa yang di mau. Rumah, mobil, atau juga uang yang berlimpah. Fuh…..coba kalau saudaraku ini juga mau kaya gitu, pasti aku juga ikut kaya deh” Kiri tersenyum sinis, menyindir Kanan
“Ya Allah Ri, istigfar kamu. Apa kamu tak takut dosa? Bukan kah apa yang kita perbuat ada yang mencatat nya. Baik dan buruk kelakuan kita, semua akan ada balasan nya Ri. Sudah lah, aku tak mau berdebat lagi. Aku sudah terlalu lelah, aku mau tidur” ucap Kanan. Ia menyelimuti tubuh nya.
“E…e…, tunggu dulu Nan, masa gitu aja kok ngambek?” ucap Kiri. Dia takut kalau saudara nya marah.
“Apa lagi sih Ri, aku benar-benar capai lho, aku mau istirahat”
“Em,....kalau gitu….” Kiri menggigit bibir nya sesaat . Dia ragu-ragu untuk mengucapkan. Dia tahu saudara terlalu lurus dan jujur jalan fikiran nya.
”Nan….!” Teriak nya. Kanan yang mulai terpejam matanya mendadak kaget di buat nya.
“Apa lagi Ri…..?” desah nya.
“Nah! Dari pada bingung-bingung beli lap top gak punya uang, kenapa gak minta saja sama orang yang lagi baca cerita ini?. He he…..
Gubrak……,.
Kembali kanan ter jatuh dari angan. Kali ini ia enggan tuk bangun lagi. Terlelap , bahkan ngorok.
“Nan………! Pekik Kiri
”Yah,….parah! Gue di cuekin lagi nih” Batin Kiri.
“ Gagal lagi deh beli lap top nya” dengus nya kemudian. Ada perasaan marah dan salut, dalam dadanya. Perlahan ia amati wajah tenang saudara nya. Ada secercah kelembutan merasuki Qolbu. Biarpun ia merasa kalah, namun ia merasa bangga memiliki saudara yang pemikiran nya lurus seperti Kanan.
** tamat**
Daftar Isi [Tutup]
0 Comments
Post a Comment