Cerita Horor | Cerita Mistis : Hospital Bagian 2

Share :
Hosptal 2
Cerita Horor | Cerita Mistis : Hospital Bagian 2 kalo kemaren yang Hospital 1 ini kelanjutannya, silakan dibaca ya, jangan sampai ketakutan karena cerpen mistis ini serem banget

Rrrr...rrrr..
"Ugh, halo.., ya,... Kasus apa? Pembunuhan?...dua tewas, ..oke... Temanku?, ...dimana tempatnya?,.. Baik, segera ke TKP"
Detektif Jay mendesah kesal, jam sepuluh pagi, terlambat bangun memang,tapi mengapa harus terbangun dengan telepon kasus lagi. Tapi kali ini katanya temannya yang mati, siapa?

***

"Korban pertama bernama dokter Alex Priambodo, umur 35 tahun, belum menikah, direktur utama RSUD ini. Korban kedua Matt Damon, 25 tahun, belum menikah, cleaning service. Olah TKP menunjukkan sidik jari dr. Alex di senjata,positif.. Serta di beberapa ..."
"Ya, sudah cukup, Terimakasih laporannya dan segera dokumenkan"
"Tapi pak...."
"Sudah, tolong dibuat dulu"
"Siap pak"
Jay, detektif kepala Kartel Utara ini merasa harus turun tangan sendiri menangani kasus pembunuhan aneh. Seorang dirut RSUD membunuh cleaning service, kemudian bunuh diri, kasus yang jarang terjadi. Tapi bukan karena anehnya yang membuat Jay tertarik, tapi karena Alex adalah teman akrabnya.
Sejenak Jay mengedarkan pandangan menyapu ruangan dirut itu. Box kaca koleksi pisau bedah, yang telah copot satu, dan diambil sebagai barang bukti. Berbagai pigura foto dan lukisan.
Didepan box terdapat rangka manusia, mulutnya terlihat terkekeh, membuat Jay merinding. Di lantai, gambar kapur penanda posisi dua tubuh, disertai noda cipratan darah yang sudah mengering di beberapa titik.
Kenal sejak SMP membuat Jay yakin Alex tidak mungkin melakukan semua ini, membunuh Matt kemudian bunuh diri.
Tapi fakta hasil olah TKP berlawanan dengan keyakinan Jay.
 "Tidak mungkin...", desis detektif ini.
"Apa yang tidak mungkin? Semua bisa saja terjadi di dunia ini", sambut Danny,detektif partner Jay yang nyentrik. Badan gendut dan memakai tujuh gelang dan tiga kalung yang semakin membuatnya nyentrik. Katanya sih untuk mengusir hantu.
"Aduh,nongol tiba-tiba komen ga jelas"
"Tidak usah sinis gitu lah,Jay. Aku tau Alex memang temanmu.Tapi aku sudah tiba disini sejak jam 7 kurang 25", sambil bermimik serius,  menambahkan "Artinya, aku sudah wira-wiri kesana ke mari, dan hampir memecahkan kasus ini."
Detektif yang satu ini memang bermuka lucu, seandainya tidak berjaket kulit, berlencana dan bermata cerdas, pasti tidak ada yang mengira orang ini polisi andalan.
"Waduh, dasar. Kalau terus begini, kau bisa menghancurkan karierku Dan", sergah Jay. Tapi dengan kagum simpatik pada rekannya itu.
"Makanya,jadi polisi itu bangun pagi. Mentang-mentang tugas sampai malam terus paginya bangun seenaknya,haha"
"Sudah lah,apa yang kurang untuk kasus ini..?"
"Untuk memastikan resumeku, aku minta kau membantuku mendampingi saksi kunci, Windha, kekasih Alex temanmu itu.."
"Apa? Alex punya...?"
"Ya, dan akan kujelaskan nanti"

***

"Nona Windha, kami hanya meminta keterangan kamu di ruangan ini langsung supaya semua kejadian tadi pagi masih teringat jelas",terang Jay dengan suara berwibawa khas interogator.
Windha yang duduk di depan meja dirut hanya diam, dengan pandangan kosong.
"Nona, kamu yang menemukan dua korban ini. Pasti sedih melihat dr.Alex,kekasih mu telah mati.., ehm…, kami telah mendapat salinan foto MMS dari handphone dr.Alex"
Windha masih not responding.
Danny mengambil alih pembicaraan.
"Atau justru nona merasa marah, melihat si tampan Matt piaraan Nona tergeletak oleh Alex?"
Baru gadis itu mendongak, "Apa maksud detektif?"
"Matt lah pacar sejatimu, dan Alex mati di tanganmu"
"Dan, apa yang kau bicarakan?"
"Tenang Jay,ak sudah lima tahun menyelidiki hilangnya Richard oleh dr.George Wayne, dan kasus sekarang berhubungan dengan kasus lima tahun lalu"
Wanita tigapuluh tahun ini mulai gelisah.
"Baiklah, Windha, atau aku sebut nama lengkapmu saja, Ruwindha Wayne, putri tunggal dr. George Wayne, mari kita mulai dari lima tahun yang lalu, saat kau membantu ayahmu mengubah Richard jadi kerangka pajangan di depan boks koleksi pisau bedah itu!!!"
Windha semakin gelisah.
"Dan aku sudah menemukan sidik jarimu di bagian dalam sarung tangan operasi yang ada di tempat sampah, kau memakainya saat membalas kematian Matt",tambah Danny.
Windha tiba-tiba teriak keras dan lari ke boks kaca, mengambil satu pisau, dan memburu Danny.
Tapi Jay sudah bersiap, menangkap lengan Windha dan menjatuhkan pisaunya. Selanjutnya memasang borgol dan menyerahkannya ke staff di luar. Sementara itu Windha masih terus meronta dan berteriak.

****

"Setelah dr.George membunuh Richard, Windha masuk dan menemukan ayahnya tengah membereskan badan Richard. Windha membantu dokter tua itu mengolah tubuh Richard menjadi kerangka, tentu saja dengan teknik khusus. Aku berhasil menduganya dari tiga tulang rusuk yang hancur di kerangka itu.Jay, coba kau lihat"
"Ogah ah, ntar aja. Coba teruskan..!"
"Yah memang dia Richard atau bukan masih harus dibuktikan dengan tes DNA. Kita lanjutkan, kegilaan George yang masih berlanjut dengan menyingkirkan Vera dengan bantuan Windha, menjadikan dua bapak anak itu gila beneran, meski yang terdeteksi gangguan jiwa hanya George"
"Hubungannya dengan Alex?"
"Windha sebagai putri mantan dirut masih dihormati karyawan disini, dengan pengaruhnya dia memasukkan berondongnya, Matt, sebagai karyawan. Bertugas khusus membersihkan ruangan dirut"
"Lalu?"
"Alex sebagai dirut baru memaksa untuk menempati ruangan ini, jelas ini menyinggung Windha, dan Windha berusaha mengawasi Alex supaya tidak merusak kenangan ayahnya. Dengan menyamar sebagai pasien, dan mendapat gelar pasien spesial Alex, Windha leluasa masuk ruangan ini. Bahkan mungkin pacaran dengan almarhum temanmu itu"
"Lalu mengapa Alex membunuh Matt?"
"Tentu saja aku tidak bisa interogaasi Alex, orang sudah tidak bisa ngomong", Danny terkekeh.
Tiba-tiba suara Danny menjadi serak dengan mata melotot berteriak,"Sekarang kamu sudah tahu semua, Jay, tapi aku, George Wayne tak akan membiarkanmu hidup"
Sambil berkata demikian, Danny mencabut pistolnya. Mengarahkannya ke Jay.

"Danny, sadar kawan...tolonglah!!", Jay berteriak ketakutan.
"Hehehe, ..",Danny terpingkal, "Kau terlalu serius bos. Sudahlah,kau mau pulang atau menginap disini?",kata Danny seraya bergidik. Masih lumayan terpingkal, Danny menyarungkan pistolnya dan membuka pintu keluar.
"Waduh sialan,ketipu detektif kesurupan. Tunggu aku Dan!", teriak Jay sambil bangkit mengikuti rekannya itu.
Sebelum menutup pintu untuk pulang, Jay menengok boks kaca itu. Tapi di depan boks, terlihat tengkorak Richard terkekeh, dengan tulang mulutnya bergerak-gerak, lagi-lagi tengkuk Jay merinding dan cepat-cepat bergegas menyusul Danny.

***

Perlahan Jay melangkah menyusuri koridor. Oh,ada satu pintu terbuka. Jay menengok ke dalam, ternyata ruang operasi. Dia kembali akan meneruskan langkahnya, ternyata di ujung koridor sudah ada sekerumunan dokter, suster, dan karyawan RS berjalan terhuyung perlahan ke arahnya.
Tersirap jantung Jay, karena melihat serentak mereka mengacungkan bermacam-macam pisau bedah.
"Sial, mau apa mereka ini?"
Jay berbalik arah. Betapa tidak beruntung, dari arah berlawanan juga berjalan puluhan dokter,suster yang mengacungkan pisau bedah.
Akhirnya Jay terpojok dan harus masuk ke ruang operasi. Dia bergegas ke meja besar terdekat, saat tangannya menyentuh meja itu tiba-tiba ada tangan dari bawah meja dan menarik paksa Jay supaya terlentang di atas meja. Tak hanya tangan, tapi kakinya juga dipegang tangan-tangan kokoh.

Jay tak dapat lagi bergerak. Ternyata meja besar itu meja operasi. Lengkap dengan lampu operasi yang mulai menyala satu persatu.
Dokter dan suster itu berdatangan dengan masih mengacungkan pisau bedah. Setelah mendekat, dengan jelas detektif itu melihat wajah mereka meleleh, sampai terlihat tulang dahi, pipi dan sebagian gigi. Dua dokter terdepan sudah tidak berbentuk, hanya tag name di dada mereka yang masih menunjukkan identitas, bertuliskan, "dr. George Wayne" dan "dr. Alex P".
Jay akhirnya hanya bisa berteriak,
"Tolong, siapa saja...., BANGUNKAN aku!!!!!"

Daftar Isi [Tutup]

    Reaksi:
    Newer
    Older

    0 Comments